Saturday, December 11

See What I've Got!

Hey there! Saya baru selesai packing di kamar, khususnya beresin buku-buku dan baju buat dibawa pindahan. Wanna see what I got in here?


I don't know exactly what it is. tapi ni obat nyisa banyak buanget. LOL


Okay. I know what's on your mind. 3 kartu IM3, 1 kartu Axis, 2 kartu XL, 1 kartu Telkomsel.
tapi saya bukan dealer pulsa, bukan player juga loh. LOL


super LOL. sebagian udah ada yang dibuang, gak nyangka masih banyak foto begini. Parah. Buang atau bakar ya? Hmm..

Thursday, December 9

Love Lost

LOVE LOST -- The Temper Trap --



I like this song. Whenever I feel something lost, I assure myself that maybe I'll find something better.
if the love is true, it'd be constantly follow me. and if the love is true, there's no time to regret what I've done in the past. and, if the love is true, it always has its way back to me.

stellar ♥

Malam Terakhir

malam ini,
akan ku susuri liku ceritamu,
akan ku kenang sedikit saja segala problema di dalammu,
segala coreng moreng hari kemarin, hingga hari dimana aku tutup rapat semuanya.

malam ini,
biarkan ku repih sementara
dogma di dalam cekung romantika,
serta selubung neraka.

malam ini,
izinkan ku kecup setiap jengkal indahmu,
serta cacatmu!
setiap sudut yang akan buatku rindu
dan kuhisap keringnya debu-debu.

malam ini,
dingin menusuk memang
panas hati tak bisa dihindari
sungguh berat melepasmu, kawan
karena kesendirian pernah menjadi milik kita,
diantara tangis dan tawa
hanya kita saja.

jika ternyata abstrak itu bukan kamu,
detik ini,
aku akan tersungkur haru di pelukmu.
akan kuciumi parasmu,
refleksi kaku diriku.

malam ini,
kawan,
'kan kubiarkan kau mendekapku
'kan kurasakan kembali hangat itu,
'kan kurekam jauh jauh jauh didalam batinku.

selamat tinggal, kawanku.
jika kau masih mengingat tetesan darahku,
jika kau masih mengingat setiap peluhku,
jika kau masih mengingat seberapa banyak airmataku,
jika kau masih mengingat sekuat apa aku bangkit bersamamu.

maka, ingatlah aku. teman setiamu.

Yang terkasih: Kamar No.8 Kosan Panorama 7. selamat tinggal kawan, rasa cintaku takkan pernah usang, walau kau hanya sebentuk kamar 4x4m ..

this blog post was taken from my facebook note: http://www.facebook.com/note.php?note_id=448556778932

Vignette

hello. 
click me. 
smiles. 
lot of smiles. 
story. 
lesson. 

adore you? 
phone calls. 
many phone calls. 
curiosity. 

adore me? 
first encounter. 
second encounter. 
love you. 
miss you. 
wrong. 

second chance?  
vapid.
twitch. 
immobile. 
passive. 
taradiddle. 

pseudo-happiness.


good bye?

Contemplation: Some Old-Sayings

"I'm learning all about my life, by looking through her eyes .."
Through Her Eyes, Dream Theater

Gently, my mom hug me. I was crying all day, and she said, "Forget him. Move forward and all you have to do is to get up. You have life, and don't ever look back." What she said to me was when I being 'cured'. Almost half a year I've been so chained inside so-called love (or maybe that's point of view of sick people like me). I saw she cried, too. She never been so in pain, I thought.

Weeks after that, I still acted like an insane girl, obsessed by someone that already left me. I still cried all day and night, I still moved backwards. I still tried finding him in my past, I still tried comforting myself with what he did. Everything seemed so beautiful, positively pretty. Till I found myself dying, in pain, (Okay, I'm letting you to judge me that I am so excessive) and I still didn't get what I wanted..

Contemplation: Choose, Do, Love, and Respect. Do We?

Firstly, I have to remind you that this is not a note about love and relationship, if you think that way. I won't say it is about motivational note too, because I don't feel like I can motivate anybody. let's say that this is only my conscious thought about social life..
In case of bilingual ability of you, my readers, so I am going to use Bahasa Indonesia for this note (I am not humiliating your ability in reading English literature, of course)..

Pernahkah kamu menemukan seseorang (atau banyak orang) yang mengeluhkan apa yang mereka kerjakan atau apa yang menjadi pekerjaan mereka? Pernahkah kamu merasakan hal yang sama? Mengapa ketika kita melakukan pekerjaan (yang artinya, kita melakukan sesuatu) kadang disertai rasa malas dan bosan?
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tak pernah puas pada apa yang telah ia capai. Di sisi lain, ketika kepuasan itu tak kunjung datang, maka pemikiran seperti "bahwa saya telah gagal" atau "betapa sulitnya" itu kadang muncul. dan pada saat itulah, yang dinamakan jenuh. Lalu apa yang membuat mereka terus bertahan pada keyakinan bahwa pencapaian itu bisa mereka dapatkan?

Contemplation: One Step Further From The Prosaic, Customary Life

"To Believe is seeing all revealed and unrevealed scenes through your vision, mind, and heart." Rissa



Today I tweet alot about freedom, death, love, and anything that seems so crucially laid on people's mind. Okay maybe I am too pleonastic about all of that, but you know why I should expose this? Our people seems too pushed themselves to live in a fake world, made invisible boundaries around them and pretended that they happy..

Provoking myself to realize that I have my own life, and I should have my own provisions to carry, I'd like to see myself jump out of the bush, or cage, or anything, and see the world out there. Yeah maybe the world I'll see is not as good as when you look from the inside of your cage, but having insight through what you see, cannot satisfy you as well as you experience all of it.

By the time I learned about life, and keep learning about life, till now I can't find these answers:

It's All About Me, Clemmons, and Harmful Feelings

some people say that running away can't solve any problems, but I proudly say that I runaway for a while, just to get myself back to 'balance'. While I feel random thoughts of random things, I always feel that I need 'shelter'. At moment, let go of anything that makes me so hard to carry on. Sometimes, when I no longer can survive and finish it all, what I need is running away. Coward? Maybe. But if you can feel what I feel, You might not say that.

Hereby some photographs of me, taken in BIP by my closest friend, Winda. I ate a lot. Clemmons made me fell in love with its Katsu and Cold Ice Tea. Feel better? Yeah, of course.


Saturday, November 27

The Temper Trap: Another "Shock" From Indonesia!

Well, this is the first time I discuss out about a band, which successfully had spurred me to write it out in my blog. And here it goes, the Temper Trap. Have you ever heard that band?



The Temper trap is an alternative rock band from Melbourne, Australia. They are equally enrolled at Wesley College, until finally united in a band. They carry Indie Rock, Alternative Rock and also Post-Punk Revival in their music. Although it is such a new type of music in my ears, but I feel really enjoyed it. And yes, they made me feel in love with the Lead vocal's falsetto voice Dougy Mandagi, and also because of they added some "unusual" effects (they use organ and handclaps streamlined in their first album).

Tuesday, November 23

Analgesia


Kamu berdesir hebat di dada, mencengkeram kuat denyutnya
Kamu setiap peluh pesakitan, setiap tawa bahagia
Kamu adalah ruang aku tak merasa bising
Kamu adalah jalan aku tak merasa asing

Injeksi sunyi tak ayal pecahkan aku
Proteksi antidot dari dunia tak lagi tabu
Taman hati yang terangkum di wajahmu
Menggerus habis sisa dayaku


Kamu perintis nyaman, peraduan indah
Puitisasi dari genderang cinta,
Analgesia...


Monday, November 15

Bla Bla Bla and Poof! You Dissapear..

On the last three days I've been busy with so-called 'nothing'. Yeah, I called it nothing cause he said so. I mean, if everything on me or he had with me was nothing, so I understand why he left. Was that my words? no, it was his words.

I positively thought everything, because I only saw positive things. I negatively thought everything, because I only saw negative things. And why did he told me like I don't understand at all? I owned my feelings, so I absolutely understand, and he didn't have to make those spinning statements. That he would leave!

Friday, November 12

Ini, Seperti Kista.

Tak ada salahnya mengenang. Dan tak ada salahnya untuk mengakui kesalahan, jika apa yang dikenang terlalu menjadi panutan. Rasakan bahwa setiap harinya, hidup kita itu semakin kompleks. Kadang kita merasa tak mampu lagi untuk menjalani semuanya, menggerutu dan selalu menyalahkan keadaan. Padahal semakin kita dihadapkan pada permasalahan yang lebih rumit, semakin kita ditantang untuk lebih rumit lagi berpikir. Permasalahannya adalah, apakah kita mampu untuk tidak berpikir simpel?

Tak ada salahnya bergerak maju. Dan tak ada salahnya untuk mengakui kesalahan, jika kita bergerak ke arah yang salah. Dalam artian, kita yakini betul arah tujuan kita itu benar, tapi ternyata jalan yang kita tempuh itu lebih rumit dari yang kita kira. Akui saja penyesalan itu. Kadang manusia terlalu sombong untuk menyesal dan lalu tidak mau lagi bergerak. Stuck.

Bukan karena saya terlambat berpikir, bukan juga karena saya tidak peka terhadap yang terjadi sekarang ini. Memang Tuhan yang ngatur, tapi jelas kita yang menjalankan. Ikhtiar tanpa tawakal sama saja nol besar.

Jika mampu saya akui, saya selalu merasa bersalah pada apa yang saya jalani. Perasaan ini tak bertuan pada siapapun, saya hanya merasa bersalah karena apa yang saya jalani sekarang ini, ternyata tidak bisa memberikan secuil pun bahagia pada siapapun. Jika Tuhan menghendaki, saya selalu berharap jika 'kemarin' akan seindah 'esok hari'. Dan harapan itu akan terus ada, seiring dengan perasaan saya yang terus membahana. Bahwa saya ingin bahagia, bahwa saya ingin orang di sekeliling saya bahagia -- oleh saya.

Ini semua seperti kista, membuat khawatir saja.

When I'm Feeling This Way...

Before I write what I thought, I just want you to know that now, I currently listening to: "Homogenic -- Are You Happy Without Me." Please subscribe to their music. :)

And here it goes.. Gini. Sesuatu yang terlihat di depan mata adalah hal yang nyata. Jika ada satu hal yang ternyata tak bisa kau lihat, tetapi bisa kau rasakan, apakah itu satu hal yang juga nyata? Pernahkah suatu ketika kau merasakan sesuatu yang kau sentuh itu ternyata 'tidak nyata'? Maka seperti itulah aku sekarang. Kenyataannya, aku selalu merasakan hal seperti itu, walaupun kucoba untuk menganggapnya ada, tapi nyatanya tidak.

Aku merasa bosan, sungguh. Semua yang ada di sekitarku, semua yang kutatap, tak lagi bisa kurasakan. Mati rasa, mungkin. Aku tak pernah menyalahkan keadaan seperti ini, karena bahkan aku pun butuh saat-saat seperti ini. Karena memang, roda-roda kehidupan sudah seharusnya seperti ini. Dan kini yang kucari bukanlah sesuatu hal diluar kebiasaan, sesuatu hal yang tabu, atau mungkin sesuatu hal yang bisa membahayakan diriku sendiri. Aku hanya ingin mendapatkan 'extraordinary experiences', yang aku yakin bisa mematahkan semua keluh kesahku, dan membangun the most affordable satisfaction!

Begitu banyak yang bisa kulakukan, tentu saja. Sangat banyak bahkan aku sendiri sangat tertarik untuk memikirkannya satu persatu. Contoh yang paling mengasyikkan adalah ketika membayangkan aku ada di sebuah tempat, dimana langit dan laut bersatu, dimana mentari dengan jelas menyilaukan mataku. Aku selalu merasa bergairah jika membayangkan itu. Aku, selalu merasa senang, walau hanya dengan memikirkannya saja.

Dengan semua hal yang memaku aku di tempat ini, aku sadar bahwa suatu saat nanti, aku akan merindukannya. Merindukan masa-masa seperti ini, membolak-balik cerita usang yang mungkin nanti aku suka, tersenyum sendiri, atau mungkin, akan kuceritakan dengan bangga pada suamiku dan anak-anakku kelak.

 Hanya dengan tulisan, aku mampu katakan semuanya. Hanya dengan mengungkapkan seperti ini, aku ingin berbagi. Bahwa kadang manusia pernah ada di saat seperti ini. Seperti kata-kata yang aku simak di FTV tadi, kalau "Semua orang juga pernah jadi bego." Aku harap, 'kebegoan' ini tidak menjadi satu hal yang lumrah. Karena aku jauh lebih baik jika tidak bego!

Semoga, setelah ini, esok, dan hari selanjutnya, aku akan terus belajar. Dan hey, belajar itu tak selalu dari hal yang 'baik'. Aku harap, dari semua perasaan dan pengalamanku di hari-hari yang lalu bisa membawaku ke tempat yang lebih indah, tentu dengan pemikiran yang lebih dewasa. Amin. :)


P.S: Pinko tiba-tiba mati. Dia gak pernah kayak gini sebelumnya. Apa mungkin aku bikin dia sekarat? Oh.. I'm so sorry, Pinko.. :((

Monday, October 18

Potret Diriku dan Malam di Pasopati

Pasopati tak pernah sesunyi ini, jalanan panjang dengan tiang menjulang megah ditengahnya, lampu-lampu rumah yang tak pernah padam geloranya di kala malam. Sesekali satu atau dua kendaraan melaju dalam gerak lambat atau, memang mataku yang tengah rabun dan samar? Anginnya tak pernah sedingin ini, kudukku berdiri dan hawa dingin menghentak-hentakan bibir. Ia pula yang menghempaskan sampah dan puntung rokok ke segala arah. Protes kepalan tangan di dalam Parka tak menghilangkan satu derajatpun menjadi hangat. Tapi aku suka ini.

Tundukku malu padanya, sang purnama yang gagah bertalenta. Ia mencerahkan dunia, dalam malam, yang bahkan mungkin hanya aku yang kini tengah tersadar bahwa tanpa kerlip lelampuan pun ia akan tetap benderang. Disaat semua orang mendengkur dan bermimpi tentang esok hari, disaat sang petualang malam menjaja diri, disaat sang pencari senang bergoyang dan bernyanyi. Dan bulan akan tetap seperti ini.

Capuchon diatas kepalaku terjatuh, dan aku membiarkan sepoi angin dengan santai membelai rambutku. Kupejamkan mata, sedikit menghela, seolah rasa didalam sini tak lagi bisa membendung teriakannya. Protes diri terhadap temaramnya hati tak bisa kusembunyikan lagi. Dan iapun jatuh, membasahi aspal hitam jalan layang ini. Kuiris tangisku, kugigit ujung piluku. Tuhan tahu aku seperti ini, sendiri di kota ini dan terjerembab pada kompromisasi semu tentang semua hal yang dulu menjadi panut diri.

Kupeluk lututku, dengan telunjuk kugariskan abstrak diatas debu. "life". Dan gambaran tentang itu, seolah mengikuti kerumitan isi kepalaku. Membentuk mosaik dari setiap darah dan peluh, dari setiap tangis dan tawa. Kulihat masa depan, kulihat mereka yang tengah tersenyum lelah, dan bangga.

Apalah arti sebuah tanya jika tak ada jawabnya? Karena kupikir semua hal yang tabu dan abstrak tentu ada arti dibalik keambiguannya. Dan apalah arti mimpi jika esok hari ku hanya bisa melihat semua seolah seperti ... mimpi?

Jika kutelanjangi aku dan kujatuhkan tubuhku diatas puluhan meter jembatan ini, lalu apa yang akan terjadi? Apakah sorak sorai tawa dari sekumpulan iblis ataukah riuh rendah orang-orang terkasih yang menangis? Pun aku tak mengerti.

Dan dalam pekatnya malam ini kubiaskan segala ocehan bawah sadarku, dengan segala deru dentingan mimpi berjatuhan, perlahan tapi pasti akan kususun lagi pecahannya.


Rissa Ramadhani Fauzia, 05:37 PM 11-10-10

- ada kata yang berhamburan, jauh di dalam pesona warna-warni Bandung. Itu ada aku, walau semu. -

Wednesday, September 29

Setia



Achilles mengerang, menghunus pedang namun sedang enggan berperang. Bukan karena terbayang remuk tulang dan riak darah. Menipis gagahnya diujung kesakitan. Ia tinggal demi wanita, aduhai cinta..

Seluruh isi hati berdendang, menggeliat-geliat senang. Rupa-rupanya ada yang datang. Akhirnya kekosongan ini segera terisi. Mendadak pulih, yakin bisa berlari dan siap berdansa di stepa. Ia memoles lipstik terbaiknya, mengangkat penuh payudara dan memakai jepit merah muda di ujung poni. Kusam cermin di depannya tak melunturkan betapa cantiknya ia, sekalipun tak ada seorangpun yang mengatakannya.

Senyum itu tersungging pilu, karena bukan pintu rumahnya lah yang diketuk. Dan terejembab ia pada lamunan palsu, seakan-akan ada seseorang menamparnya dan berkata: "siapa yang peduli padamu?" Terhenti asa itu di ujung pilu, seakan semua rasa hanyut di lautan imaji. Dadanya terasa sesak, seperti habis menghirup jelaga dapur seorang nenek tua. Mendadak hitam, kelam. Airmata serta ingus tertampung rapi di dada, naik turun. terisak. meronta. habis tenaganya dimakan keriput dan penantian panjang ini, takkan pernah usai.

Cermin enggan tertawa, walau demi tuhan ia bahagia. Ingin sekali ia mengusap lembut wanita itu, dan berkata: "lihat aku saja, dan kau akan temukan betapa cantiknya dirimu. Perhatikan aku saja, yang selalu memerhatikanmu."



Rissa Ramadhani Fauzia Kusnawan
15:40 PM
Wed, September 29th, 2010.
-- ketika langit mendung berseru: Tuhan, aku bingung!


Tuesday, September 28

Pleasantly Confess, I Don't Know What I Feel!

Before I get in, firstly I turned off anything, including lamps, except this one: Roadcream Playmix by @angkuy from @bottlesmoker. Ask me if you want to download this playmix, I will gladly share it to you. :)

It's been a month I didn't post anything in here, no it is not because I've been busy. Kereta per-skripsi-an saya sebentar lagi akan melaju, dan saya sedang dalam tahap persiapan agar tidak tertinggal, karena kereta-kereta lain sudah dalam perjalanannya masing-masing. Ok, forget for a while about my paper project, now I really want to talk about anything, anything, except that.

Saya enggan bercerita mengenai bagaimana akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari sini -> 'celotehan cewek patah hati', karena saya sendiri tidak mengerti mengapa. Alasan-alasan teoritis tentang semua itu terangkum apik di benak saya, dan secara praktis, saya jalani saja perasaan yang sedang saya tumbuh-kembangkan sekarang ini. Saya jalani sebagaimana mestinya, tanpa bermaksud untuk membuatnya seakan-akan ada karena saya 'paksa' untuk ada.

Sedikit tentang pria yang beruntung itu, saya sebut dia X. Pertama saya mengenalnya, jalan itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Prosesnya tidak rumit, karena saya yakin ada tangan Tuhan dibalik semuanya. Namun jika saya menceritakannya kembali disini, agaknya kalian akan kebingungan, dan mungkin tertawa. Ya, tertawa. Jangan takut untuk menertawakan hal ini, karena jika saya mengingatnya pun, saya tertawa. :)

Friday, August 13

Tuhan, Buat Aku Jatuh Cinta Padanya | Part 2 |

Menyambung dari postingan saya kemarin tentang bagaimana wanita gundah gulana seperti saya begitu sulit menghadapi satu fase penting dalam hidupnya --skripsi--.

Sebetulnya, yang jadi masalah bukan tentang bagaimana saya pergi ke kampus lalu konsultasi dengan dosen, atau langsung pergi ke self access center dan dengan mudahnya menemukan inspirasi mengenai apa yang akan saya angkat di skripsi saya nanti. Bukan pula keengganan saya memasuki perpustakaan kampus, apalagi membaca buku-buku yang berbau linguistics. Believe it or not, saya sangat suka membaca buku-buku yang berkaitan (maupun hanya sepintas) berbau linguistics.

Yang menjadi masalah adalah, keengganan saya untuk terus didorong. "Lulus!" "Lulus!" "Lulus!". Saya merasa berat sekali jika harus pergi dari kampus hanya dengan ber-title-kan "sarjana pendidikan bahasa Inggris" saja. Entahlah apa yang sebenarnya ingin saya lakukan, saya pun merasa omong kosong seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Kembali pada titik penting kedewasaan saya, saya berani mengakui bahwa saya ini belum dewasa. Kekanak-kanakan, memang. Selalu menyalahkan orang sekitar, mengapa harus terus menerus mendorong saya untuk segera lulus, tapi dorongan yang diberikan itu hanya sebatas ingin menyelamatkan HARGA DIRI. Apakah begitu memalukan, punya anak seperti saya yang telat lulus 3 bulan dari waktu yang (secara kolot) ditentukan? Apakah saya begitu memalukannya, jika yang saya inginkan hanyalah sebuah kesempurnaan sebelum saya beranjak pergi dan mengarungi hidup saya sendiri?

Tuhan, Buat Saya Jatuh Cinta Padanya ..| Part 1 |

.. dan aku merasa, bahwa duniaku bukan lagi tempat dimana aku hidup dan berkembang."
 Pemikiran saya beberapa jam yang lalu.

Entah darimana datangnya, perasaan saya mengatakan bahwa jika saya menuliskan semuanya disini akan meringankan beban pikiran saya saat ini. Terlepas dari alasan krusial mengapa saya tak punya teman berbagi, tentunya. Bagi saya, ada teman ataupun tidak ada teman untuk berbagi, hasilnya sama saja. Apa yang saya alami, hanya saya yang mengerti keadaannya dan hanya saya yang bisa mengatasinya. Apakah dengan menulis disini, semua masalah akan teratasi? Tentu tidak, tapi setidaknya saya merasa lega, saya bisa bercerita sebebas yang saya inginkan, tanpa ada seorangpun yang merasa tersakiti.

Kawan, tahukah kamu dengan apa yang dinamakan skripsi?
Jika saya Empat tahun lalu yang menanggapinya, mungkin jawaban seperti ini yang akan saya lontarkan:
"skripsi sepertinya sulit."
Dan jika saat ini, saya ditanya dengan pertanyaan yang sama, lalu apa kira-kira yang akan saya jawab?
"komplikasi permainan hati, jiwa, raga, lingkungan dan realitas kedewasaan."

Narsis ala Saya

Banyak yang bertanya pada saya, "kapan menulis lagi?" pertanyaan yang bahkan saya sendiri bingung bagaimana harus menjawabnya. Saya bahkan tak merasa bahwa tulisan-tulisan saya layak untuk dibaca, atau mungkin memang tak ada yang membaca. Hal-hal yang saya tulis disini, maupun di notes Facebook hanya hal-hal subjektif tentang diri saya sendiri, dan itulah mengapa saya tak yakin kalau saya ini memang berbakat di bidang menulis -atau, bercerita-.

Sebagian orang beranggapan bahwa apa yang saya tulis (mereka yang rajin membaca blog saya, tentunya) itu menarik, entah perspektif mereka arahnya kemana. Satu hal, saya yakini pemikiran seperti ini ada di setiap kepala para pembaca semua, yaitu bahwa setiap orang memiliki cerita yang tak kalah menariknya dengan apa yang saya tulis disini. Setiap orang memiliki keajaiban-keajaiban dalam hidupnya, proses jatuh-bangun, serta peristiwa-peristiwa yang sebenarnya, "oh yeah, saya juga sempat seperti itu." atau "ah, itu sih biasa."

Kembali pada mindset setiap orang yang berbeda-beda, semua cerita itu tentu saja bisa diekspos atau -ya, lebih baik dipendam saja-. Lagi-lagi, saya coba meyakinkan para pembaca, bahwa "kenarsisan" saya yang tiada habisnya dalam mengeksplorasi apa yang sedang saya pikirkan serta apa yang sedang saya rasakan, pada akhirnya saya sendiri-lah yang merasakan kepuasan itu. Pandangan orang terhadap apa yang saya ceritakan, tentunya tak selalu baik. Tapi saya tak mau terlalu memusingkan hal yang bahkan tidak jelas alasannya.

Mengenai apa yang sedang saya bicarakan saat ini, sepertinya tak cukup banyak orang yang mengerti. Saya hanya orang biasa, dengan kehidupan yang super biasa, tapi dibalik hal-hal yang "biasa" ini, setidaknya saya bisa berbagi, walau dengan orang yang saya sendiri tidak tahu akan berpikiran seperti apa. Itukah anda, yang merasa bahwa saya hanya seorang pembual, pencipta kebohongan? Itukah anda, yang merasa miris? Itukah anda yang merasa bahwa saya lebih baik diam daripada berkoar-koar mengenai hal-hal yang dianggap tak berguna? Atau, itukah anda, yang menginginkan saya jauh lebih baik dari saat ini, disaat saya sedang menuliskan kata-kata ini, dengan diksi terbatas, mencoba terbuka pada dunia dan mencoreng-morengi tinta sejarah kepolosan saya dan membuktikan bahwa saya "beda"?

Maka saya berterimakasih pada semuanya, bahkan pada mereka yang tak mengerti apa yang sedang saya bicarakan. Pilihan anda hanyalah dua, klik icon "X" di pojok kanan atas, atau terus membaca. That's it.

Tuesday, April 27

Let's See Inside My Family: The Kusnawans


This is my 100th note, from the very first time I wrote everything in here till now; I totally got perfect lessons from all of you. From the readers, commentators, advisors, debaters, so on so forth. Really, I am so excited to write anything, especially related to my own story. As yours, my story is never flat. All moves dynamically, so up and down.

Di notes ke-100 saya ini, saya ingin menceritakan sedikit anggota keluarga saya, The Kusnawans. LOL. Inilah pertama kalinya saya berbagi pada kalian tentang keluarga dimana saya tumbuh dan berkembang.

Thursday, April 15

My Short Hair: a Real Deal !

I feel so excited when wrote this note. Of course I am, because this is my first time having a very short hair, after more than 9 years I kept it long. :)
   Sebelum punya rambut seperti sekarang ini, rambut saya panjangnya hampir melebihi punggung. Saking panjangnya, saya yang males keramas dan nyisir, rambut saya biarkan awut-awutan, dan seringkali ditanya apakah saya punya sisir atau nggak. L Rambut panjang saya itu, walaupun bisa dikuncir dan dikepang, dia sebenarnya punya banyak masalah. Rontok dan sangat kering. Really, I feel so frustrated because of it.
Rontoknya gga tanggung-tanggung, sekali sisir bisa dapet lebih dari 10 helai rambut (serius!). Pernah suatu kali saya iseng saja mengumpulkan rambut-rambut saya yang telah gugur di medan persisiran dan persampoan, guess what! Kalo dikumpulkan, satu genggaman tangan itu hampir penuh! Stress kan?
Masalah kedua yang dihadapi oleh rambut panjang saya adalah rusak total. Dulu, kira-kira satu tahun yang lalu ketika saya masih ABG, saya sempat mewarnai rambut saya menjadi biru dongker. Sumpah, bukannya saya mau sok gaul dan gaya. Saya salah pilih warna! Karena rasa sok tahu yang saya punya itu ada di level arogan, maka saya mewarnai rambut saya sendiri menggunakan pewarna rambut bermerk cantik, Sasha. Karena ingin warnanya kuat dan tahan lama, saya membeli 1 dus bleacher (penghapus pigmen hitam, biar warna hitamnya hilang) dan 2 dus pewarna warna Blue Black.

The Therapist

Patiently, dear…

I’ll send you to meet ground
as drug you’ll be bound!
Just because I insisted profound,
as the result of the plenty wounds!

    Take this clumsy pill.
    You’ll find out me.
    I’ll be here and stay still.
    I’ll happily see.
   
Baby I know this is going to be hard,
As hard as I aware, My Goodness, I go this far!

the lethal passion,
the bitterness of rejection,
    the senseless of affection,
    that’s all my total destruction!

Dear, teach me how to make you feel this,
the very appealing feeling of the very tragic epic.

Winter has turned you out into the most nasty Yeti I’ve ever saw!
You became the worst nightmare of mine,
You resurrected into the ugly version of Efron, ever!

Yes, you are that bad.
Really bad.

now, darling!
choose this one.
a shotgun,
a glass of poisonous wine,
or a meter of line?

    I’ll be here standing, right next to you
    Don’t be afraid of the last moment of you
    Smile, the doom now is not that far
    I won’t let you die with any scar

This thirstiness,
this hopelessness,
will be ended soon,
as you pass by and say the last goodbye.

Tuesday, April 13

Tentang Intan Gusviani

folks, i have a very close friend. she means anything, real everything to me. we've been together for about 4 years, start everything from zero, now she is the part of my soulmate that i'd never ignore.

pertemuan saya dengan dia dimulai ketika pada suatu keadaan dimana saya sama sekali gga nyangka bakal ketemu sama seorang temen yang awet sampe saat ini. waktu itu, ketika PEKA (pengenalan Kampus) pada pertengahan bulan 2006, saya adalah satu-satunya mahasiswa bahasa inggris dari sukabumi yang belum memiliki kelompok ospek. kamu tahulah perasaan saya gimana, semenjak kuliah, saya tinggal sendiri di sebuah kamar kecil berukuran 3x3m, tanpa orang tua, tanpa adik2.. dan itu cukup membuat saya sangat depresi. Di kala itu, saya meratapi nasib mengapa cuma saya yang belum punya kelompok, sambil duduk-duduk di selasar Al-Furqon (mesjid UPI), saya lihat dia. Intan. Dia juga ternyata sama, dia belum punya kelompok dan untunglah, dia juga dari jurusan bahasa Inggris.

waktu itu, yang saya lihat dari dia adalah: manis. sungguh, dia anak yang manis. menggunakan kemeja warna pink bercorak bunga-bunga, serta rambut hitam lurus panjang, serta senyum yang manis. Dia itu pendek (sorry, i have to say this. lol), dan agak gemuk. tapi apa yang ku lihat dari dia adalah, dia teman saya yang pertama di kampus. dimulai dari perkenalan, sharing background, dan sharing nomor handphone. Sejenak saya lupa bahwa saya kesepian dan merindukan keluarga di rumah. She talks a lot, from the very first time i knew that she's so friendly. dia gampang membuka topik pembicaraan, dan murah senyum. itulah mengapa, dari awal pertama ketemu sama intan, saya yakin kami bisa bersahabat dekat.


Sunday, April 11

Rhapsody in Blue by George Gershwin

i looooooveeeeee Rhapsody in Blue ! The mixture of Classical Music and Jazz effects !

Watch now , you're gonna love it too , folks !

Gershwin - Rhapsody in Blue - Part 1



Gershwin - Rhapsody in Blue - Part 2


 


Kyoto By Judy Mary

Once I fell in love with a song titled "Kyoto", originally sung by Judy Mary. This song was a real deal. I never thought that I will love a song that sung by a very freaky girl with freaky voice too.. *lol* maybe it's only because the song and also the performer is so unique, though.

you can enjoy the music here, you can also analyse what i've told you about the girl. she's a real awesome freak. love it!


here is the lyrics:

Nodame Cantabile's Full Soundtrack

i've been searching for a long time to this soundtrack collection, yet the classical music mp3 that brought by say, Beethoven, Chopin, Tchaikovsky, Gershwin, etc.

I found a complete soundtrack in a zip file , exclude the classic music that featured in the film.

you can download this ZIP file at H E R E .

you can also download the classic songs at CLASSICCAT , A-M CLASSICAL , or at CLASSICONLINE . You can also just googling the best source that fit you, if you like.


After all , enjoy the music !

:)

Saturday, April 10

Obrolan TOLOL dua wanita SUPER TOLOL


percakapan dibawah ini akan bersifat sangat rasis, narsis, demokratis, apatis, anarkis, dan autis.

percayalah, kedua orang dibawah ini WANITA. maaf jika obrolan yang akan kalian simak ini rada melenceng dari kodrati perwanitaan dan asal jeder aja. namanya juga lagi ngobrol berdua, cuma saya aja yang kerajinan pengen posting obrolan gga berguna ini.

di suatu malam, kita sebut saja A dan B. kalau kalian bosen sama A dan B, kita ganti saja dengan X dan Z. nah si X dan Z ini sobat lama, kelewat lama, tapi obrolan mereka yang gila-gila gga luntur sedikitpun. pembicaraan mereka dimulai dengan nanyain kabar, gimana kuliah, dll. gausahlah kita bahas disini karena akan amat sangat biasa saja.


Sunday, April 4

Recalling You

LINGER
(the cranberries)
If you, if you could return, don't let it burn, don't let it fade.

I'm sure I'm not being rude, but it's just your attitude,
It's tearing me apart, It's ruining everything.

I swore, I swore I would be true, and honey, so did you.
So why were you holding her hand? Is that the way we stand?
Were you lying all the time? Was it just a game to you?

But I'm in so deep. You know I'm such a fool for you.
You got me wrapped around your finger, ah, ha, ha.
Do you have to let it linger? Do you have to, do you have to,
Do you have to let it linger?

Oh, I thought the world of you.
I thought nothing could go wrong,
But I was wrong. I was wrong.
If you, if you could get by, trying not to lie,
Things wouldn't be so confused and I wouldn't feel so used,
But you always really knew, I just wanna be with you.

But I'm in so deep. You know I'm such a fool for you.
You got me wrapped around your finger, ah, ha, ha.
Do you have to let it linger? Do you have to, do you have to,
Do you have to let it linger?

            If only you could understand to what I feel, this song reflects me for the most. The biggest regret of mine is, letting you go. The biggest fear of mine is, losing you.
            I have lost you, perhaps forever. I will never feel love like this anymore. I just want you to know this, 3 months of our separation till now, I missed you so freakin’ bad. I missed anything from you. Anything.
It is so hard to forget all of our memories, three years we had been together, and I just can’t forget. Everyday I miss you. Everyday I want you back. Everyday I feel like I’m dreaming, and hope this is just the worst nightmare I’ve ever had.
You know, you changed me totally. I smile, I laugh, but not with all my heart. I walk this far, but I left all my feeling in you. I have never understood why, why I can’t just left you.
Dear kuy, my birthday is only about three days more. I still remember how you bought me a birthday cake last year, we ate it together, and I felt so happy just because I celebrated it with you. I still remember how you treated me, and wished me to love you forever. And hurray, that works.



When Brokenheart Succesfully Turned You to be a Bad Person.


“Suicide was a beautiful moment of mine. I cut my vein twice, and in the third, I changed myself into different one, hoped that I could survive and still alive.”

Ketika kamu dihadapkan pada dua pilihan, jika keduanya sama sekali tidak kau inginkan, lantas apa yang akan kamu lakukan?
Pernah suatu ketika aku merasa hidup tak lagi indah, semuanya mendadak berwarna kelabu. Apapun yang kulihat hanyalah kegelapan, apapun yang kurasakan hanya pilu. Pernah, pada saat itu, aku menginginkan kematian. Suatu keadaan dimana tubuhku tak lagi punya daya untuk menangis, berteriak, dan merasakan sakit. Suatu keadaan yang kupikir, akan membuatnya kembali, berbalik arah, dan menyesali apa yang telah ia perbuat padaku.
Berbulan-bulan lamanya aku merasa seluruh tubuhku mati rasa, selalu merasa ada yang hilang. Berkali-kali aku bercermin, yang kulihat hanyalah seonggok daging yang hatinya telah mati. Mukanya masam, tubuhnya kurus, kulitnya pucat, dan tatapannya kosong. Aku tak lagi merasa cantik, tak lagi merasa berharga.
Aku begitu membenci kehidupan yang dimana wajahnya tak terlihat, aku membenci kehidupan yang dimana aromanya tak kucium, aku membenci kehidupan yang dimana lengannya tak bisa lagi kugenggam, aku membenci kehidupan yang dimana kecupan lembutnya tak bisa lagi kurasakan. Ia begitu melekat, sangat kuat, sehingga aku tak pernah bisa membayangkan apa jadinya hidupku tanpa sosoknya.
Memang terkesan sangat “drama queen”, namun jika kamu merasakannya sendiri ke-alay-an itu, kamu akan sangat yakin bahwa ini semua wajar. Sekali lagi, cinta bisa membuatmu terbang sampai kelembutan awan-awan bisa kau genggam, dan kau mengimani cinta sebagai penyelamat hidupmu. Cinta juga bisa membuatmu jatuh terperosok ke lubang terdalam, dan meski kau meraung-raung meminta cinta menyelamatkanmu, ia takkan pernah datang.
Pada saat dimana hidup bukanlah lagi suatu keadaan yang bisa membuatmu terus merasa penasaran, maka kamu akan tertarik pada kematian. Jika dari segala penjuru dunia berkoar-koar mengenai “afterlife”, maka ketertarikanmu terhadap kematian itu akan menjadi-jadi.
Aku, yang merasa tak lagi berharga, yang merasa tak lagi bisa membuka diri untuk menerima segala bentuk kesenangan dan uluran tangan, begitu senang jika mendengar kata mati. Aku merasa bahwa kesenangan dan uluran tangan itu, tak pernah tulus lagi. Tak pernah benar-benar menginginkanku untuk bangkit kembali berdiri. Semuanya palsu, semuanya hanya memanfaatkan keadaan lemahku.