Friday, July 15

Tranquility

Music Performance & Art Exhibition


- Ansaphone
- Flukeminimix
- Lanigg
- Artifak Loop
- Jakesperiment

- Tranquility Art Exhibition


Thursday, July 21,2011
Start : 15.00 WIB
Loubelle Shop
Setiabudi No.56, Bandung


FREE (Entry/Drink/Food)


More Info :
follow : @bitterdict

un Rendezvous en Février


6 PM
Hari ini adalah hari pertama kami memutuskan untuk bertemu kembali, setelah hampir 3 bulan kami sama sekali tidak mengontak satu sama lain. Sebenarnya dia yang mengajakku untuk pergi keluar sekedar menghabiskan waktu semalaman. Sebagai teman yang baik, aku menyanggupi. Toh pikiranku sedang melayang-layang entah kemana, dan distraksi sepertinya akan membuatku sedikit lebih baik. Ya, distraksi.

7 PM
Malam tadi aku menginap di rumah seorang sahabat. Dan siang tadi aku menghabiskan waktu bersamanya untuk keluar sekedar mencari ramai. Karena aku tidak punya waktu untuk pulang, maka semua yang kubawa mau tak mau harus kembali ku pakai. Di kamar sahabatku, aku berdandan sekenanya, jika boleh ini dikatakan sebagai mempercantik diri. Aku masih mengenakan dress hitam dengan aksen bunga yang kupakai sedari siang. Aku membubuhkan sedikit bedak agar terlihat sedikit lebih segar. Aku juga memoleskan lip-gloss sekenanya, dan mengeringkan rambutku seadanya. Tak ada yang istimewa untuk pertemuan hari ini, aku hanya akan menemani seorang kawan yang sedang gundah hatinya. Itu saja.

8 PM
Ia datang menjemputku. Satu hal yang kusadari saat itu adalah rambutnya. Terakhir kami bertemu, rambutnya panjang sebahu dan ia sering menggunakan bando agar terlihat sedikit rapi – kurasa. Tapi malam itu, dia tampak berbeda. Rambutnya pendek rapi. Aku sedikit terkejut pada penampilan barunya, mungkin karena sudah lama tidak bertemu. Kupikir ia sama terkejutnya denganku, karena malam itu aku mengenakan dress, tidak seperti biasanya. Selama ini, aku selalu mengenakan jeans belel dan t-shirt, dan malam itu aku sendiri merasa berbeda. Sebenarnya tidak ada niatan untuk mengenakan dress seperti itu, karena itulah satu-satunya pakaian bersih yang ku bawa.

Kamu pake dress Sa? Hahaha…” Ia tertawa.


Padamlah Nyala

Aku mencintaimu, Ambu. Sampai detik dimana aku memutuskan untuk tidak lagi berada di dbawah naungan payung kita, aku tetap mencintaimu. Bukan hanya karena engkau yang telah bersusah payah membawaku melihat terang dunia. Bukan pula hanya karena engkau yang telah bersedia mengucurkan keringat demi aku bahagia.

Aku juga mencintaimu, Ayah. Atas segala kecanggungan sikap kita berdua, atas segala kata yang tak bisa aku ucapkan padamu, aku tetap mencintaimu. Bukan karena hanya engkau satu-satunya lelaki yang mengerti bahwa aku butuh proteksi. Bukan pula hanya engkau-lah yang ternyata bisa begitu sabar menghadapi ketidaknormalan hidupku ini.
Betapa aku mencintai Ambu dan Ayah. Betapa aku tak ingin membuat kalian terluka. Betapa aku bingung dan sarat akan gundah, bahwa aku bisa saja membuat aku menjadi tak lagi berarti di mata Ambu dan Ayah. 
Maka akan aku padamkan nyala. Aku coba untuk membuat anganku lebih redup setiap harinya. Hingga akhirnya ia padam, dan hanya gulita tersisa. Aku tahu Ambu dan Ayah akan tetap berada di sana, menuntunku. Namun mataku telah kubiarkan tak lagi melihat segala warna yang sempat ku kenali. Dan kubiarkan hatiku tumpul terhadap tajamnya wangi mimpi. Akan kubuat ia padam, tak lagi menyala.

Siapa Aku? Aku Siapa?

Aku adalah aku. Seorang gadis – yang menurutku – biasa saja. Seorang tipikal gadis yang bisa kau temui di jalanan, toko buku, atau bahkan sudut kedai kopi. Aku adalah seorang gadis yang mungkin adalah seseorang yang seringkali kau sapa tiap hari. Atau mungkin, aku adalah seorang gadis yang menjadi temanmu dan berbagi keceriaan bersamamu. Ya, seperti apapun aku di dalam benakmu, aku adalah aku.

The Art of Waiting

 
Waiting is a part of Arts
A new sub-section of the Art of Loving
It is in the same place with Patience and Integrity. But sometimes it is misinterpreted as suffering.


Waiting is a part of Arts
Abstract and can hardly be defined
Sometimes it becomes surreal because of its multiple meaning intertwined.



Waiting is a part of Arts
It is a masterpiece of a humble great heart.


June 15, 2011

Monday, July 4

SAYA RASIS. KAMU RASIS. KITA SEMUA RASIS!

"race: a family, tribe, people, or nation belonging to the same stock. b : a class or kind of people unified by shared interests, habits, or characteristic." - Merriam-Webster Dictionary

"Racism is the belief that there are inherent differences in people's traits and capacities that are entirely due to their race, however defined, and that, as a consequence, justify the different treatment of those people, both socially and legally. Moreover, racism is the practice of the different treatment of certain a group or groups, which is then justified by recourse to racial stereotyping or pseudo-science." - Wikipedia



Pernahkah suatu ketika kamu melihat seorang berkulit hitam dan berambut sangat ikal? Apa komentarmu? Pernahkah kamu melihat sebuah iklan kecantikan yang mempertontonkan kemolekan dan kulit putih dari seorang wanita? Apa komentarmu?

Sunday, July 3

Comrades of God


“Gak semua orang yang kita tolong, bisa kita tolong. Cuma orang-orang yang ngulurin tangannya buat nyambut tangan kita aja yang bakalan tertolong.”

A friend of mine told me that last night. All denials inside me were so superior, and then I realized one thing: in the name of love, I do anything to save him. In the name of love, I finally see what’s more important, to love myself first before loving others.

Then he said,
“Ri, kamu terlalu banyak menghukum diri kamu sendiri. Being imperfect is very human.”

Commitment




What is the practical definition of commitment exactly? How is the form of it? And who runs it? These questions sometimes come up in my mind, because in a significant moment or two every day of my life, I face the condition where commitment could be a symbol of agreement. Do you feel it?