Tuesday, September 27

Ketika Tangan Menjabat Erat Kenangan...



Ooops!

Adakah yang sedang menggalaukan cinta malam ini? Millions? Oh my...

Untuk pertama kalinya (lagi), saya mau bahas tentang hal yang gak akan pernah bosen untuk dibahas siapapun. kenapa? Karena akhir-akhir ini saya sedang mendapatkan muatan energi yang luar biasa untuk membahasnya. :')


 
Some people say, "kenangan itu bagaikan kaca spion, yang dimana kita hanya boleh melihatnya sesekali". Mungkin ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Bagi saya, kenangan itu pentingnya berbanding lurus dengan apa yang saya lakukan di masa sekarang. Jika dilihat secara bijak, of course.

Saya bukan orang yang pendendam terhadap masa lalu. Hampir bisa dikatakan bahwa saya berteman baik dengan masa lalu saya, dan orang-orang di masa lalu saya. Bagi saya, bagaimanapun prosesnya di kala itu, dari mulai saya jatuh cinta sampai cintanya harus kandas di tengah jalan, tetap saja berarti banyak. Saya selalu mencoba untuk menghargai setiap pertemuan dan perpisahan, setiap tawa dan airmata. Mungkin terdengar klise, namun sejauh ini saya berhasil untuk memantapkan diri saya sebagai orang yang bisa tangguh menghadapi semua masalah.
Saya sempat berpikir, dari sekian banyak orang-orang yang 'pernah' tinggal di dalam hati saya, adakah dari mereka yang merasa marah atau dendam? Mungkin ya, lebih mungkin lagi kalau memang benar ada. Hahaha... Tapi saya termasuk orang yang sangat tidak peduli pada pemikiran negatif mereka, jadi seutuhnya saya biarkan pemikiran mereka tetap 'gagal' dalam mendefinisikan cinta yang pernah saya berikan pada mereka. :)

Secara teoritis dan praktis, kita selalu bisa menerima setiap pertemuan namun sangat sulit untuk menerima perpisahan. Bukan begitu? Saya juga begitu, 'kok.. Tapi, jika dirunut lebih jauh, maka proses kehidupan memanglah seperti itu. 'Pertemuan' yang baik, 'Perpisahan' yang kurang baik, itu sebetulnya permainan pola pikir kita yang cenderung 'pengen enaknya aja'. Hayoooo... Admit it! :p

Satu hal yang mesti disadari setiap manusia: Pertemuan itu awal dari perpisahan. Titik. No Excuse. Poin pentingnya bukanlah bagaimana menjadikan sebuah 'pertemuan yang baik', bisa berakhir di 'perpisahan yang baik'. Mau seburuk apapun perpisahan yang terjadi, proses ketika menjalani suatu hubungan-lah yang sangat penting! Kenapa?
Karena didalam proses itu, kita melakukan banyak hal, kita belajar banyak hal, dan kita mengalami banyak hal. Itulah kenangan. Baik atau buruk kenangan yang kita alami, itulah pelajaran berharga. Lagipula, di dalam satu hubungan (dalam hal ini, hubungan percintaan), seharusnya tidak ada istilah disakiti-menyakiti. Belum mengerti? Nih saya kasih contoh:

A: "Aku baru putus sama si C.."
B: "Putus kenapa? Dia nyakitin kamu ya?"
A: "Gak tahu-lah, dia tiba-tiba minta putus... Aku ngerasa sakit banget. Dia kok tega nyakitin aku."

Jika pola pikir kita terbatas di hal itu, maka jangan salahkan kalau kamu menjadi pendendam. Karena si C menyakiti, dan si A adalah orang yang merasa disakiti, maka sampai kapanpun si A akan merasa seperti itu. Tidak ada pelajaran yang bisa diambil. Tidak ada introspeksi yang dilakukan. Tidak ada lagi yang namanya pendewasaan diri. Semuanya stuck di satu titik: aku merasa sakit, karena kamu tega menyakiti aku.

Get the point? :)

Dan... Dalam beberapa hari ini, saya merasakan bahwa mereka (baca: mantan-mantan pacar saya), banyak menganugerahi saya banyak sekali inspirasi.

Dimulai dari beberapa hari yang lalu, ketika salah satu mantan saya berkata ia akan melangsungkan pernikahan, saya merasa turut berbahagia karena akhirnya ia menemukan seorang yang layak untuk ia cintai seutuhnya. Walaupun saya sedikit merasa kesal karena dulu ia sempat beberapa kali membicarakan pernikahan pada saya, tapi saya ikhlas karena ia merasa bahagia atas pernikahannya. Hubungan kami bagaimana? Sampai detik ini, kami berkawan baik. Bahkan ia selalu bisa memberikan saya ceramah normatif keagamaan, yang sedikit banyak bisa menyadarkan saya bahwa 'walapun kisah kami sudah kandas, tapi hubungan kami masih berjalan dengan baik'. Good Lord. :)

Mantan saya yang selanjutnya (banyak amat mantannya, ada berapa? :p), dia termasuk orang yang paling sabar di sepanjang kisah percintaan saya. Dia selalu mendengarkan keluh kesah saya, dia selalu menanyakan 'ada apa' ketika saya menghadapi masalah. Terlalu baik, sehingga saya tidak tega untuk menyakitinya. Dulu mungkin kisah kami tidak berjalan begitu lama, namun seiring berjalannya waktu, saya maupun dia bisa menerima 'masa lalu' itu sebagai kenangan indah, dan berteman baik sampai saat ini. :')

Yah... Begitulah. Kadang, berkawan dengan masa lalu itu sulit. Bahkan cukup sulit bagi sebagian orang. Namun, jika kita bisa menerimanya sebagai pelajaran hidup, dan memutuskan perasaan dendam pada masa lalu, so we have nothing to lose, at all

Ketika tangan menjabat erat kenangan...dan bilang: terima kasih karena sudah pernah hadir di hidupku, aku senang pernah mengenalmu. Maka disaat itulah, kepuasan luar biasa akan menjalar diseluruh tubuhmu. You are too precious to hate. All bad thoughts, just let go.

Anyway, malam ini saya mau berterimakasih sama DK, EGP, dan TJ. Sebagian orang di dalam masa lalu saya yang masih bisa hidup di dalam diri saya sampai detik ini, dan selalu membantu saya bangkit dari keterpurukan (ciee..).. Terima kasih atas semua cerita dan pengalaman berharga. I love you all, God Bless. :*

P.S: 
Saya pengen banget punya kaos ini. Hahahaha..

No comments:

Post a Comment