Friday, July 15

un Rendezvous en Février


6 PM
Hari ini adalah hari pertama kami memutuskan untuk bertemu kembali, setelah hampir 3 bulan kami sama sekali tidak mengontak satu sama lain. Sebenarnya dia yang mengajakku untuk pergi keluar sekedar menghabiskan waktu semalaman. Sebagai teman yang baik, aku menyanggupi. Toh pikiranku sedang melayang-layang entah kemana, dan distraksi sepertinya akan membuatku sedikit lebih baik. Ya, distraksi.

7 PM
Malam tadi aku menginap di rumah seorang sahabat. Dan siang tadi aku menghabiskan waktu bersamanya untuk keluar sekedar mencari ramai. Karena aku tidak punya waktu untuk pulang, maka semua yang kubawa mau tak mau harus kembali ku pakai. Di kamar sahabatku, aku berdandan sekenanya, jika boleh ini dikatakan sebagai mempercantik diri. Aku masih mengenakan dress hitam dengan aksen bunga yang kupakai sedari siang. Aku membubuhkan sedikit bedak agar terlihat sedikit lebih segar. Aku juga memoleskan lip-gloss sekenanya, dan mengeringkan rambutku seadanya. Tak ada yang istimewa untuk pertemuan hari ini, aku hanya akan menemani seorang kawan yang sedang gundah hatinya. Itu saja.

8 PM
Ia datang menjemputku. Satu hal yang kusadari saat itu adalah rambutnya. Terakhir kami bertemu, rambutnya panjang sebahu dan ia sering menggunakan bando agar terlihat sedikit rapi – kurasa. Tapi malam itu, dia tampak berbeda. Rambutnya pendek rapi. Aku sedikit terkejut pada penampilan barunya, mungkin karena sudah lama tidak bertemu. Kupikir ia sama terkejutnya denganku, karena malam itu aku mengenakan dress, tidak seperti biasanya. Selama ini, aku selalu mengenakan jeans belel dan t-shirt, dan malam itu aku sendiri merasa berbeda. Sebenarnya tidak ada niatan untuk mengenakan dress seperti itu, karena itulah satu-satunya pakaian bersih yang ku bawa.

Kamu pake dress Sa? Hahaha…” Ia tertawa.


 
Kupikir, pasti penampilanku saat itu sangatlah buruk. Dia tak henti-hentinya mencibir tentang pakaianku, dan aku begitu malu. Bukan maksudku untuk berdandan seperti ini, kupikir. Tapi sampai pada akhirnya, dia mengatakan sesuatu diluar dugaanku. Walaupun aku tak pernah menanggapi pujiannya secara serius. Dia bilang, aku cantik.

9 PM
Selama di perjalanan, kami tak henti-hentinya bertukar cerita. Waktu tiga bulan terasa sangat singkat, dan semua cerita mengalir begitu apik. Antara aku dan dia saat itu, seperti kedua orang sahabat lama yang kembali dipertemukan oleh waktu. Dia juga sempat menanyakan beberapa kali, siapa tahu aku kedinginan. Dan juga beberapa kali menanyakan siapa tahu aku mau memakai sweaternya. Tapi selalu kutolak, dengan alasan klasik “gak usah!”.

Setelah sekian lama bertukar cerita, kami merasa kebingungan harus pergi kemana. Entah pada saat itu aku sedang merasa senang atau memang atmosfir yang tercipta membuatku merasa senang, aku hanya ingin berada bersamanya saja. Itupun cukup.

10 PM
Saat itu, di jalan Surya Sumantri serta jalanan kecil di sekitarnya, berhasil merekam segala memori pada malam itu. Memori yang sampai saat ini belum bisa kulupakan, bahkan semakin terasa jelas setiap harinya. Antara aku dan dia, ada sebuah janji.

”Semoga di Bulan Juli nanti semua usahaku membuahkan hasil.”
“Kalau sudah berhasil, jangan lupakan aku. Aku mau Converse baru.”
“Oke. Nanti aku belikan Converse baru untukmu.”
“Tapi aku cuma bercanda...”
“Serius, segala sesuatu itu harus ada komitmen. Kalau kamu mau Converse baru, aku belikan. Anggap saja itu sebagai motivasi aku. Anggap saja itu sebagai hadiah karena kamu-lah orang pertama yang tahu usahaku ini.”
“Serius ya, belikan aku Converse baru bulan Juli nanti.”
“Aku janji.”

Dan kelingking pun bertautan. Aku terlanjur meminta ia untuk berjanji akan ucapannya, dan dia terlanjur menyanggupi.

12 PM
Hari ini, 12 Februari 2011. Tepat malam minggu dimana biasanya pasangan muda-mudi memenuhi jalan dan restoran. Aku pergi berdua bersama kawanku, sekedar untuk menghabiskan sisa malam. Aku pergi bersamanya hanya untuk bertukar cerita dan pengharapan. Hanya untuk sedikit melunturkan kegalauan. Hanya itu. 

Senda gurau di atas motornya yang melaju, tawa renyahnya, serta rasa paranoidku ketika menemukan potongan kepala boneka di jalanan.Aku berterima kasih karena malam itu tidak hujan. Aku berterima kasih karena aku bisa sedikit melegakan hati seorang kawan. Aku berterima kasih karena akhirnya aku bisa melepaskan segala beban. Aku berterima kasih padamu, alam. Karenamu kami berdua kembali dipertemukan untuk saling mengisi dan berbahagia kembali.


Satu janji di malam itu, serta kenyataannya di hari ini. Seperti alarm, aku diingatkan lagi dan lagi, setiap hari. Bahwa seseorang punya janji. Bahwa aku harus menagih janji. Bukan masalah Converse, tentu bukan. Aku rasa dia pun tidak berpikir bahwa aku adalah seorang materialis. Tapi jika dia tahu betapa aku begitu mengagumi impiannya, serta bagaimana ia hidup selama ini, seharusnya dia sadar satu hal akan aku: aku hanya ingin dia berhasil dengan semua impiannya. Jika Juli adalah waktu yang ditentukannya, maka jadikan impian itu nyata. Sampai pada akhirnya aku akan menagih janjinya padaku, tentang Converse di malam bulan Februari itu.





P.S:
Hey… Sudah begitu lama. Bagaimana progresnya? Kupikir kamu sudah lupa tentang malam itu, dan aku masih saja bisa mengingat semuanya – dengan bodohnya. Aku sudah buktikan perkataanku padamu, satu hal yang kujanjikan padamu, dengan menyelesaikan semuanya, dengan menjadi Sarjana. Kamu bilang, “sebentar lagi Sa. Sebentar lagi saja kamu jadi robot dan lakukan semuanya. Setelah itu, jadilah dirimu sendiri, dengan melakukan apapun yang kamu cintai.” Aku masih mengingat perkataanmu. Apa kabar impianmu? Semoga ia masih menyala ya… Tolong jangan pernah padam, karena aku akan merasa sedih sekali. Dengan semua cerita dan pengharapanmu, tolong buat impianmu tetap membara. Jika bulan ini terlanjur pergi, ya sudahlah. Aku hanya ingin kamu bahagia dengan segala hal yang kamu cintai. Meski bukan bulan ini, aku akan tetap menunggumu merealisasikannya. Karena aku tahu kamu bukan orang yang dengan mudah berjanji, karena aku tahu kamu orang baik.


Salam hangat,

Kelingking yang kau taut di Sabtu malam Bulan Februari.

No comments:

Post a Comment