Monday, October 17

Vivid Sign

Do you want to know a secret?
Do you want to know what's on my mind?

You never really had a doubt about why I always there, sit right next to you.

Do you know why I feel guilty?
Do you know why I see you differently?

You don't even see what's wrong with us.

Should I tell you the truth?
Should I give you signs?

As far I could remember, you're just denying.

All denials between us. 
The bulletproof jacket you always wear...

Just to make sure I can't infiltrate.

Do you understand that I don't even understand?
You used to be there when I needed you.
You used to be that 'someone' I trust,
to keep my...
stupidity.
Madness.
Secrets.
Fears.

Why don't you see?
hey...




X.O.X.O


Thursday, October 13

Pixlr-O-Matic Attack!

Setelah sekian lama melupakan hal yang satu ini, saya kembali menyukai photo editing. Sunting foto sederhana dengan fixed features semacam Photoscape atau Pixlr-o-matic. Nah, karena saya tidak punya kamera analog atau lomo, ataupun produk Apple apapun, maka Pixlr-o-matic terbilang 'wah' untuk saya.

Berikut hasil suntingan foto yang saya buat:


the photo was taken from here

the photo was taken from here

Nattasha Nauljam, taken from here

Bukan saya namanya kalau gak narsis. :p
Berikut, setelah di-ujicoba-kan pada beberapa foto saya, hasilnya memuaskan!



Gimana, keren 'kan? Kalau kalian mau download Pixlr-o-matic, klik aja link ini: pixlr-o-matic. Selamat mencoba! :)

Wednesday, October 5

Back to Childhood in 60 Minutes

Rabu, 5 Oktober 2011 tercatat sebagai hari ‘enteng’-nya saya. Bangun tidur, sekitar pukul 11 AM (eh buset bangunnya siang amat?) saya mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal. To be honest, semenjak lulus kuliah, nomor-nomor tidak dikenal seringkali menyambangi nomor handphone saya. Pada awalnya saya merasa risih karena sempat mengira telepon itu berasal dari orang iseng, namun ternyata telepon itu berasal dari kantor-kantor yang secara random saya kirimi surat lamaran pekerjaan. Karenanya, saya selalu merasa senang.

Hari ini saya dapat telepon dari suatu perusahaan media di Jakarta, dan saya diundang untuk menjalankan psikotes pada hari Jumat. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan. I always think that there’s only one chance in life, because the second chance is just like another chance for you to try. Inilah alasan kenapa di siang kopong begini saya tersenyum-senyum sendiri di dalam kamar.
Hari ini begitu panjang, tapi menyenangkan. Sebelum menutup hari, saya sempat mengajak sahabat saya yang juga teman sekelas saya ketika kuliah untuk pergi ke Pasar Malam di dekat kosan. Dengan agak memaksa, saya ajak Jul untuk menemani saya berkeliling di Pasar Malam saat itu juga. Saya memang orang yang agak pemaksa, namun saya senang jika sahabat-sahabat saya tahu apa yang harus dilakukan jika saya sedang memaksa: menurut. Maka, jadilah kami berdua berwisata malam ke Pasar Malam.


“Silent Yellow Ensemble” Polyester Embassy Concert (Review)



Tanggal 1 Oktober 2011 kemarin adalah konser tunggal Polyester Embassy, band indie asal Bandung yang pergerakannya baru dimulai lagi setelah mengalami vakum selama hampir 4 tahun. Dengan membawa tajuk “Silent Yellow Ensemble”, band ini mengenalkan album baru “Fake/Faker” pada para pecinta music post-rock yang memang sudah sangat lama menantikan gebrakan baru dari mereka.
Sebelumnya, album “Tragicomedy” sempat memberikan warna baru di ranah musik indie Bandung. Sebagai seorang post-rock listener, lagu-lagu mereka sudah begitu akrab di kuping saya. Hingga datang album “Fake/Faker” di awal tahun 2011, saya semakin mantap mengagumi musik Polyester Embassy.
Sebagai appresiator, saya menilai bahwa konser Polyester Embassy malam itu cukup ‘profesional’. Dilihat dari sisi ticketing, venue, entrance pass, hall of fame, serta stage. Memang, konser ini disponsori oleh satu produk rokok terbesar di Indonesia dan itu menjadi satu faktor penting profesionalitas konser ini malam itu.