Tak ada salahnya mengenang. Dan tak ada salahnya untuk mengakui kesalahan, jika apa yang dikenang terlalu menjadi panutan. Rasakan bahwa setiap harinya, hidup kita itu semakin kompleks. Kadang kita merasa tak mampu lagi untuk menjalani semuanya, menggerutu dan selalu menyalahkan keadaan. Padahal semakin kita dihadapkan pada permasalahan yang lebih rumit, semakin kita ditantang untuk lebih rumit lagi berpikir. Permasalahannya adalah, apakah kita mampu untuk tidak berpikir simpel?
Tak ada salahnya bergerak maju. Dan tak ada salahnya untuk mengakui kesalahan, jika kita bergerak ke arah yang salah. Dalam artian, kita yakini betul arah tujuan kita itu benar, tapi ternyata jalan yang kita tempuh itu lebih rumit dari yang kita kira. Akui saja penyesalan itu. Kadang manusia terlalu sombong untuk menyesal dan lalu tidak mau lagi bergerak. Stuck.
Bukan karena saya terlambat berpikir, bukan juga karena saya tidak peka terhadap yang terjadi sekarang ini. Memang Tuhan yang ngatur, tapi jelas kita yang menjalankan. Ikhtiar tanpa tawakal sama saja nol besar.
Jika mampu saya akui, saya selalu merasa bersalah pada apa yang saya jalani. Perasaan ini tak bertuan pada siapapun, saya hanya merasa bersalah karena apa yang saya jalani sekarang ini, ternyata tidak bisa memberikan secuil pun bahagia pada siapapun. Jika Tuhan menghendaki, saya selalu berharap jika 'kemarin' akan seindah 'esok hari'. Dan harapan itu akan terus ada, seiring dengan perasaan saya yang terus membahana. Bahwa saya ingin bahagia, bahwa saya ingin orang di sekeliling saya bahagia -- oleh saya.
Ini semua seperti kista, membuat khawatir saja.
No comments:
Post a Comment