"race: a family, tribe, people, or nation belonging to the same stock. b : a class or kind of people unified by shared interests, habits, or characteristic." - Merriam-Webster Dictionary
"Racism is the belief that there are inherent differences in people's traits and capacities that are entirely due to their race, however defined, and that, as a consequence, justify the different treatment of those people, both socially and legally. Moreover, racism is the practice of the different treatment of certain a group or groups, which is then justified by recourse to racial stereotyping or pseudo-science." - Wikipedia
Pernahkah suatu ketika kamu melihat seorang berkulit hitam dan berambut sangat ikal? Apa komentarmu? Pernahkah kamu melihat sebuah iklan kecantikan yang mempertontonkan kemolekan dan kulit putih dari seorang wanita? Apa komentarmu?
Penilaian individu memang bervariasi, oleh karena itu sudah menjadi hal yang sangat wajar bila varian penilaian kadang merujuk pada rasisme. Kenapa saya katakan demikian? Karena secara tidak sadar atau benar-benar sadar, kita seringkali merespon segala kejadian atau keunikan sebagai sesuatu yang berbeda dan ‘tidak wajar’.
Tidak usah menyangkal. Tidak usah memberikan perlawanan atas pernyataan saya diatas. Sangat manusiawi jika kamu seringkali bertindak rasis walau dalam level yang rendah. Toh, saya pun seringkali melakukannya.
Saya juga tidak mau berkhotbah mengenai indahnya perbedaan, toh jauh di dalam diri kalian, kalian merasakan bahwa perbedaan kadang menjadi batu sandungan yang memiliki efek yang luar biasa besar. Tapi, apakah kita pernah berpikir bahwa jika kita semua terlahir sama, misalnya dalam satu planet kita semua berkulit gelap dan berambut ikal, apakah tidak membosankan? I mean keanekaragaman manusia yang terlahir di muka bumi ini membantu kita meningkatkan sedikit demi sedikit rasa kebersamaan dan juga entitas.
Saya adalah seorang bangsa Indonesia, satu Negara yang memiliki banyak pulau dan suku. Wajar jika secara societal, kita memiliki ratusan etnis yang berbeda. Kulit yang berbeda. Keistimewaan yang berbeda. Karena pengaruh geografis inilah, Indonesia memiliki varian manusia yang berbeda. PANTASKAH KITA UNTUK RASIS? Memang sudah sesempurna apa diri kita di mata orang lain? Sebagai sesama Indonesia, rasisme bukanlah suatu hal yang wajar. Warga Indonesia sudah seperti mozaik, sebuah karya indah yang terbentuk dari setiap pecahan-pecahan yang berbeda.
Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana high-class society spends their days in Mall? Pernahkan kalian memperhatikan bagaimana poor people spend their days on street? How can you compare them? Akuilah bahwa kadang kita berlaku rasis. Dengan skeptis berpikir bahwa para peminta-minta di jalanan sebenarnya bisa bekerja, dan bagaimana kalian berujar “enak banget sih, mau uang tinggal jadi pengemis.” Akuilah, hey you racists! Bahwa kadang kita selalu merasa iri jika melihat seseorang dengan taraf hidup berlebih menghabiskan uang mereka dengan berfoya-foya. Perhatikan bagaimana kalian berujar, “enak banget sih. Punya duit banyak kerjaannya jalan-jalan terus.”
Check the most outstanding dictionary about racism. Then check yourself. Are you?
Lalu, apakah penyamarataan taraf hidup manusia adalah salah satu jalan keluar untuk menghapuskan rasisme? Lagi-lagi, salah besar jika pemikiran seperti itu muncul di benak kalian. Jika penyamarataan manusia terjadi sejak manusia pertama kali diciptakan, apa yang akan terjadi? Jika kita diberikan hak untuk memilih antara “semua manusia kaya” atau “semua manusia miskin”, mana yang paling kalian sukai? BOHONG jika kalian memilih opsi kedua. Dan jika semua manusia kaya, apakah hidup akan berjalan dinamis seperti saat ini? Tidak akan ada kejahatan, dan damai tercipta? Are you sure about that? Jika semua manusia di Bumi kaya, dengan kekayaan yang rata-rata sama, maka mungkin kejahatan akan sangat minim. Tetapi, lihat pada hal-hal kecil. Siapa yang akan membangun rumah? Siapa yang akan menjadi petani? Siapa yang akan bekerja mengatur lalu lintas? Hey you should remember that higher class of society equal to higher self-esteem. Semua orang akan merasa “toh saya sudah kaya”, “toh saya punya duit”, dan “toh-toh” lainnya. Lihat bagaimana kedinamisan begitu didambakan. Lihat bagaimana rakyat kecil begitu dibutuhkan!
Lalu bagaimana jika kita melihat dari sisi lain, rakyat kecil misalnya. Jika kedinamisan hidup seperti ini bisa membuat mereka begitu mendambakan kekayaan atau setidaknya taraf hidup yang lebih baik. Bukan suatu hal yang aneh pula jika kita seringkali berseloroh, “ah, gak punya duit!”. Atau dengan memperhatikan bagaimana perampok mempertaruhkan nyawanya, hanya untuk mendapatkan uang untuk memperbaiki taraf hidupnya?
See? These all will never enough. Kita sendiri sering iri hati, sombong, dan membuat dinding pembatas antara kita sendiri dengan orang lain, dengan alasan bahwa kita ‘berbeda’. Bukankah itu sebuah bentuk rasisme?
Lalu apa yang sebenarnya kita butuhkan untuk meminimalisasi rasisme? Yes, people. Gratitude. Dengan rasa syukur, kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri dari rasisme. Bersyukur kita diciptakan berbeda, karena dengan seperti itu kita membutuhkan orang lain dan dibutuhkan orang lain. Bersyukur kita diciptakan berbeda, karena dengan seperti itu kita bisa berpikir bahwa kecocokan tidak harus sama.
Lain kali saya ingin sekali membahas bagaimana 'diversity’ terjadi di variabel lain. Tentang justifikasi manusia terhadap manusia lain. Tentang bagaimana manusia senang bermain a la Tuhan. Just wait and see!
No comments:
Post a Comment