Hi there! This is my first post on February. Been times I didn't check my blog, and now I think I have something to share with you. Sebelumnya saya minta maaf jika saya (nanti) menyakiti hati seseorang atau beberapa orang yang akan menjadi 'pemeran' dalam cerita ini. Proyeksi saya terhadap masa lalu saya begitu kuat, hanya untuk sekedar mengenang dan lalu menjadikannya pelajaran, tentu saja. Tidak lebih. Just take a sit back and chillax. :)
Dua sampai tiga tahun yang lalu, saya menjalin suatu hubungan, atau bahasa gaulnya 'pacaran'. Sulit untuk diakui, tapi memang benar, hubungan cinta yang hanya sanggup bertahan selama 3 tahun itu cukup memberikan perubahan drastis pada diri saya, baik mindset maupun behavior. Fase-fase perubahan dalam diri saya itu, tidak selalu baik. Saya pernah menjadi orang yang seperti ini dan seperti itu, merasakan tangis dan tawa semu, terjatuh dan bangkit, begitu seterusnya. Tentu fase-fase itu tidaklah mudah bagi saya, sehingga sampai saat ini, memakan waktu sampai 2 tahun lamanya untuk terus menaiki anak tangga 'kesembuhan'.
Sebetulnya, tak ada yang masih bisa dipertahankan dalam hubungan kami saat itu. Jikalau ada perasaan yang masih kuat disana, itu bukan cinta, itu hanyalah perasaan "saya sudah lama bersama kamu, dan saya tidak tahu akan menjadi apa jika tak bersamamu." atau dengan kata lain, obsesi untuk terus bersama. Tapi, jika sudah tidak ada yang bisa dipertahankan, lalu apa yang membuat saya masih bertahan? Harapan. Saya masih berharap kalau 'dia' bisa berubah menjadi lebih baik, dan harapan itu muncul sejak tahun kedua kami berpacaran, sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk mengakhirinya, dia tak juga berubah.
Lalu apa sebenarnya penyebab ini semua? Dia ringan tangan. Dia mudah marah, bicara kasar, dan menganggap saya seperti sampah. Sedikit saja ada permasalahan diantara kami, dia tak jarang memukul, menendang, menampar, menjambak, bahkan meludahi. Girls, bisa kalian bayangkan perasaan saya setiap saat saya diperlakukan seperti itu? :) Tapi yang membuat saya terus bertahan adalah, seperti yang tadi sudah saya bilang, saya masih terus berharap kalau pria pilihan saya ini, bisa berubah...
Tahun pertama adalah tahun terindah untuk saya. Dia begitu terlihat menyayangi saya, walaupun sampai hari terakhir saya memutuskan untuk 'berhenti' menyayanginya, dia masih memberikan 'sisa-sisa' rasa sayangnya buat saya. Tapi, bukankah kalian menyadari, sebuah hubungan yang penuh cela, borok dimana-mana, sudah tidak bisa lagi dipertahankan?
Satu hal yang saya sadari dari diri saya adalah, saya memang orang yang keras. Tidak seperti wanita kebanyakan, saya senang adu argumen, berdebat, bahkan frontal. Pacar saya itu, tidak pernah mau menerima sifat keras saya yang seperti itu. Salahnya lagi, dia adalah teman sekelas di kampus saya, dan ketika saya memutuskan untuk menerima dia, dia mungkin tidak berpikir seribu kali bahwa sifat saya memang seperti ini.
Tahun kedua adalah tahun awal dimana semua clash muncul. Walau tidak sering, tapi setiap kali kami bertengkar adalah neraka bagi saya. Dan setiap kali kami memutuskan untuk 'rujuk', saya selalu meninggikan harapan saya agar ia bisa berubah.
Saya enggan menceritakan bagaimana dia memperlakukan saya, karena disamping semua ini, ada kenangan-kenangan yang indah yang kadang, bisa mengalahkan semua kenangan buruk itu. Bahwa saya pernah menjadi wanita berbahagia saat itu.
Pernah suatu kali ayah saya berkata, "xxx, saya menitipkan anak saya pada kamu untuk kamu jaga, bukan untuk disakiti." itu adalah perkataan ayah ketika saya pulang ke rumah dengan menangis, dan lalu menceritakan semuanya. Tubuh saya mungkin masih kuat, tapi hati saya sudah terlanjur hancur. Dan seketika saat itu, ayah, ibu, serta adik laki-laki saya geram, dan inilah yang saya takuti, muka pacar saya jadi buruk di mata keluarga.
Sampai detik ini, orangtua saya selalu merasa sakit hati jika mendengar nama mantan saya itu. Saya sendiri? Tersenyum. Karena sampai saat ini saya bisa bangkit, dengan perasaan yang jauh lebih baik. Saya bukan lagi orang yang lemah, dan masih banyak orang di sekitar saya yang bisa menghargai saya.
Pesan untuk kalian, girls..
Cinta itu bukan perasaan ingin memiliki. Perasaan seperti itu hanya akan bertahan sekejap saja. Jika kalian menyukai seseorang, sebaiknya berpikir jutaan kali jika ingin melanjutkannya ke tahap yang lebih serius. Karena, kita tikda pernah tahu akan sekuat apa perasaan itu, sampai kita sendiri merasa sulit untuk keluar. Walaupun keadaanya buruk!
Untuk saya sekarang, saya lebih memilih untuk tetap menjadi jomblo sampai saya sadar ada satu orang yang pantas untuk saya jadikan partner. :D dan ya, saya tidak terlalu mengejar semua itu, saya jalani saja hidup saya sekarang ini sampai saat itu tiba, saya harap tidak ada lagi kasus yang sama seperti masa lalu saya. :)
Jika kekerasan fisik sudah biasa dilakukan oleh para pria, maka bukan tidak mungkin para pria tersebut mengulanginya berkali-kali. Jangan menunggu sampai dadamu lebam karena tinjuan, rahangmu patah karena pukulan, tulang keringmu bengkak karena tendangan, dan lebih parah lagi, muka cantikmu diludahi. Kita, sebagai wanita, jauh lebih berharga. Jika kita menyadari betapa berharganya kita, maka kejadian seperti itu tidak akan pernah ada..
Okay, that's lesson for us today, hope you'll enjoy my story.. And I'll be glad if you want to share yours...
Semua yang pernah kita alami adalah pelajaran, jangan pernah malu untuk membaginya! :)
Selamat malam risa, oh maaf kalo saya tidak sopan mungkin ada baiknya saya meenyebut "teteh" terlebih dahulu didepan nama risa
ReplyDeleteselamat malam teteh risa :)
mungkin teteh ga tau saya, tp (mungkin) sedikit saya 'kenal' teteh
pertama-kalinya saya 'berjalan' menelusuri blog teteh, dan kemudian sy menemukan tulisan ini.
maaf kalo saya tidak sopan, tp boleh saya menanggapi tulisan teteh yang terakhir "And I'll be glad if you want to share yours..."
tulisan teteh ini sedikit banyak mewakili "cerita masa lalu" saya dulu, yang saya fikir kejadian ini hanya ada didunia sinetron dan hanya saya yang merasakan, tp ternyata tidak :)
entah kenapa begitu saya membaca bagian
"Jikalau ada perasaan yang masih kuat disana, itu bukan cinta, itu hanyalah perasaan "saya sudah lama bersama kamu, dan saya tidak tahu akan menjadi apa jika tak bersamamu." atau dengan kata lain, obsesi untuk terus bersama."
itu sama persis dengan apa yang saya rasakan saat "dahulu"
sebenarnya ada banyak sekali yang ingin saya ceritakan dan bagikan ke teteh tentang cerita ini tapi tidak disini, berharap teteh ada waktu untuk 'menanggapi' saya dan kemudian kita bisa berbagi cerita sesama wanita :)
salam kenal dari saya, putri :)
Hallo, Putri.
DeleteSayang sekali saya baru lihat komenmu disini. Boleh, kita bisa sharing dimana aja..
Mungkin untuk awal, kamu bisa mention ke twitter saya @rissastellar atau kirim message di facebook saya www.facebook.com/rissastellar
Senang berkenalan sama kamu.
Love,
Rissa